Selasa, 04 April 2023

 Hallo semuanya, kembali lagi di postingan blog saya tentang materi Matematika yang bisa membantu kawan-kawan semua untuk bisa memahaminya.

 Di blog kali ini saya akan membantu kawan-kawan semua untuk memahami apasih Rumus Fungsi. Dari pada makin lama yuks kita bahas bersama.

 RUMUS FUNGSI

 "Fungsi" adalah sebuah konsep matematika yang menggambarkan hubungan antara dua set bilangan, di mana setiap elemen dari set yang satu (domain) dikaitkan dengan tepat satu elemen dari set yang lain (range).

 Fungsi sering dinyatakan dengan notasi f(x), di mana x adalah elemen dari domain, dan f(x) adalah nilai dari fungsi pada titik x dalam domain.

  Rumus umum untuk fungsi adalah:

f(x) = y


  Di mana f adalah fungsi, x adalah variabel input (elemen dari domain), dan y adalah variabel output (nilai dari fungsi pada titik x).


Contoh, fungsi sederhana seperti f(x) = x + 1, yang menambahkan 1 pada setiap nilai input x, dapat dijabarkan menjadi rumus matematika:


f(x) = x + 1


Dalam hal ini, domain dari fungsi adalah set semua bilangan real, dan range dari fungsi adalah set semua bilangan real yang lebih besar dari 1.


Jenis-jenis Fungsi

  Ada banyak jenis fungsi yang berbeda dalam matematika, dan setiap jenis fungsi memiliki rumus yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa contoh rumus fungsi yang umum digunakan:


1. Fungsi linear: f(x) = mx + b

  Rumus ini menggambarkan garis lurus di koordinat Cartesius dengan kemiringan m dan intercept pada sumbu y sebesar b.


2. Fungsi kuadrat: f(x) = ax^2 + bx + c

  Rumus ini menggambarkan parabola dengan koefisien a yang menentukan arah dan bentuk kurva, dan koefisien b dan c yang menentukan posisi parabola.

 

3. Fungsi eksponensial: f(x) = a^x

 Rumus ini menggambarkan pertumbuhan eksponensial dengan basis a, di mana nilai f(x) meningkat secara eksponensial dengan peningkatan nilai x.


4. Fungsi logaritmik: f(x) = log_a(x)

   Rumus ini menggambarkan operasi logaritma dengan basis a dari nilai input x, di mana f(x) adalah nilai eksponen yang diperlukan untuk menghasilkan x dari basis a.


5. Fungsi trigonometri: f(x) = sin(x), f(x) = cos(x), f(x) = tan(x), dll.

  Rumus-rumus ini menggambarkan hubungan antara sudut dan rasio segitiga pada lingkaran satuan, dan digunakan untuk memodelkan berbagai fenomena periodik dalam fisika dan matematika.


6. Fungsi kombinatorial: f(x) = n!/(x!(n-x)!)

  Rumus ini menghitung jumlah cara yang berbeda untuk memilih x elemen dari himpunan n elemen, di mana pengulangan tidak diperbolehkan dan urutan tidak diperhatikan.


  Dalam matematika, fungsi adalah aturan yang mengaitkan setiap anggota dari suatu himpunan input (domain) dengan setiap anggota dari suatu himpunan output (range) dengan cara tertentu. Fungsi sering digunakan untuk memodelkan hubungan antara variabel-variabel dalam berbagai disiplin ilmu, seperti fisika, ekonomi, dan statistik. 

   Setiap jenis fungsi memiliki rumus yang berbeda-beda, seperti fungsi linear, fungsi kuadrat, fungsi eksponensial, dan lain-lain. Rumus-rumus ini dapat digunakan untuk menghitung nilai fungsi pada suatu titik tertentu atau menggambar grafik fungsi di koordinat Cartesius.

   Kemudian, domain dan range dari suatu fungsi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang terkait dengan rumus fungsi tersebut.


   Begitulah kiranya pembahasan kita tentang Rumus Fungsi, kalau kawan-kawan semua masih bingung apasih Rumus Fungsi itu boleh ditanyakan di kolom komentar ya...

   Sampai jumpa di blog saya selanjutnya... See u guys



Referensi : 

Anton, H., Bivens, I., & Davis, S. (2010). Calculus: Early Transcendentals, 9th Edition. John Wiley & Sons.

Stewart, J. (2015). Single Variable Calculus: Early Transcendentals, 8th Edition. Cengage Learning.

Khan Academy. (n.d.). Functions. https://www.khanacademy.org/math/algebra/algebra-functions


Selasa, 28 Maret 2023

MENGOLAH DATA DALAM BENTUK TABEL FREKUENSI DATA TUNGGAL

Halo teman-teman semuanya, bertemu kembali di artikel saya yang tentunya akan membahas materi-materi matematika...

Pada artikel saya kali ini, saya akan membahas materi mengenai mengolah data dalam bentuk tabel frekuensi data tunggal. Sebelumnya teman-teman pasti sudah tidak asing lagi tentang tabel frekuensi ini...


Agar semakin menambah wawasan kita bersama, yuk kita bahas bersama...


Pengolahan data dalam bentuk tabel frekuensi data tunggal merupakan salah satu teknik dasar dalam analisis statistik.


Tabel frekuensi digunakan untuk mengorganisir data tunggal ke dalam kategori-kategori dan menghitung jumlah frekuensi atau jumlah pengamatan dalam setiap kategori.


Berikut adalah langkah-langkah dalam mengolah data dalam bentuk tabel frekuensi data tunggal:

  • Mengelompokkan data ke dalam kategori-kategori yang relevan. Kategori-kategori ini harus saling eksklusif dan menyeluruh sehingga setiap pengamatan dapat dimasukkan ke dalam satu kategori yang sesuai.
  • Menentukan interval atau batasan kategori, jika data bersifat kontinu.
  • Menentukan jumlah frekuensi atau jumlah pengamatan dalam setiap kategori.
  • Menghitung frekuensi relatif atau proporsi setiap kategori. Frekuensi relatif dapat dihitung dengan membagi frekuensi setiap kategori dengan jumlah total pengamatan.
  • Membuat tabel frekuensi dengan menyusun kategori-kategori dan frekuensi atau proporsinya.
  • Menampilkan tabel frekuensi dalam bentuk grafik, seperti histogram atau diagram lingkaran, untuk mempermudah pemahaman dan visualisasi data.


Contoh:

Misalkan terdapat 30 siswa dalam sebuah kelas dan nilai mereka dalam ujian matematika adalah sebagai berikut:


45, 50, 60, 65, 70, 75, 75, 80, 80, 80, 85, 85, 85, 85, 90, 90, 90, 90, 90, 95, 95, 95, 95, 95, 95, 100, 100, 100, 100, 100.


Berikut adalah contoh tabel frekuensi untuk data nilai ujian matematika di atas:


Dari tabel frekuensi di atas, dapat dilihat bahwa nilai yang paling banyak diperoleh adalah 100-109 dengan frekuensi relatif sebesar 0.367 atau 11 siswa. Sedangkan nilai yang paling sedikit diperoleh adalah 40-49, 50-59, dan 60-69 masing-masing dengan frekuensi relatif sebesar 0.033 atau 1 siswa.


Maka dapat disimpulkan bahwa dalam mengolah data dalam bentuk tabel frekuensi data tunggal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengelompokkan data ke dalam kategori-kategori yang relevan. 

Kemudian, jumlah frekuensi atau jumlah pengamatan dalam setiap kategori dihitung. Frekuensi relatif atau proporsi setiap kategori juga dapat dihitung dengan membagi frekuensi setiap kategori dengan jumlah total pengamatan. 

Tabel frekuensi kemudian dibuat dengan menyusun kategori-kategori dan frekuensi atau proporsinya. Tabel frekuensi dapat pula ditampilkan dalam bentuk grafik, seperti histogram atau diagram lingkaran, untuk mempermudah pemahaman dan visualisasi data. Tabel frekuensi dapat memberikan gambaran yang jelas tentang distribusi data dan dapat digunakan sebagai dasar untuk analisis statistik lebih lanjut.


Bagaimana teman-teman semuanya, bukankah penjelasan materi tabel frekuensi data tunggal sangat mudah untuk dipahami.


Namun untuk dapat lebih memahami materi ini teman-teman tentunya perlu sering berlatih soal agar terbiasa dalam menyelesaikan permasalah persoalan terkait mengolah data dalam bentuk tabel frekuensi data tunggal.


Apabila teman-teman memiliki pertanyaan yang masih tidak dimengerti, boleh dikirim di kolom komentar ya...


Sampai jumpa di artikel saya berikutnya...


Referensi:

  Trianto, A. (2015). Statistika Terapan: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Bumi Aksara.

  Walpole, R. E., Myers, R. H., Myers, S. L., & Ye, K. (2012). Probability & Statistics for Engineers & Scientists (9th ed.). Boston, MA: Pearson Education.

  Sullivan, M. (2015). Statistics: Informed Decisions Using Data (5th ed.). Boston, MA: Pearson Education.

 Utami, R. (2017). Analisis Statistik Deskriptif Menggunakan SPSS: Dengan Contoh Aplikasi. Yogyakarta: Deepublish.






Selasa, 21 Maret 2023

Melukis sudut 120°

      Hay kawan-kawan semua, bertemu kembali di artikel blog saya yang baru nih. Nah kali ini kita akan membahas tentang melukis sudut 120°.

   Pasti kawan-kawan semua bingung kan, loh kok di lukis sih, memang nya kita harus seperti seniman ya untuk membuat gambar sudut aja?

  Dari pada makin banyak tanya nih, yuk kita bahas bersama tentang melukis sudut 120°.

MELUKIS SUDUT 120°

Perlu teman-teman sekalian ingat ya bahwa dalam melukis sebuah sudut akan menggunakan jangka dan penggaris, sedangkan untuk mengukur atau menggambar sudut kita akan menggunakan busur derajat.
Sumber Gambar : http://web-matematik.blogspot.com/2012/08/menggambar-sudut-istimewa.html?m=1


Langkah-langkah Melukis Sudut 120°

Sudut 120 derajat adalah dua kali sudut 60 derajat. Langkah-langkah pembuatan sudut 120 derajat diberikan di bawah ini:

Langkah 1: Gambarlah ruas garis. Tandai ujung kiri sebagai titik O dan ujung kanan sebagai titik B.

Langkah 2: Ambil busur dan buka hingga radius yang nyaman. Tempatkan penunjuknya di O dan dengan kepala pensil buat busur yang bertemu dengan garis OB di katakanlah, P.

Langkah 3
: Tanpa mengganggu jari-jari, tempatkan penunjuk di P dan buat busur yang memotong busur sebelumnya di suatu titik, misalnya Q.

Langkah 4: Demikian pula, dengan radius yang sama pada busur, tempatkan penunjuk pada titik Q. Tandai busur lain pada busur pertama. Tandai titik di mana mereka berpotongan sebagai A.

Langkah 5: Tarik garis dari O ke A.

Oleh karena itu, ∠AOB adalah sudut 120 derajat yang diperlukan.

Bagaimana kawan-kawan semua sudah faham kan bagaimana melukis sudut 120°. Jadi, dalam melukis sudut 120° kita perlu tahu dulu melukis sudut 60° nya.

Baiklah sekian pembahasan materi di artikel ini terkait melukis sudut 120°. Apabila kawan-kawan sekalian memiliki pertanyaan mengenai materi ini, boleh tanya-tanya di kolom komentar ya.

Sampai jumpa di artikel saya berikutnya...


Referensi: 


web-matematik.blogspot.com. 2012. Menggambar Sudut Istimewa. Diakses pada 21 Maret 2023, dari http://web-matematik.blogspot.com/2012/08/menggambar-sudut-istimewa.html?m=1

Selasa, 14 Maret 2023

Faktor Skala

Halo-halo semuanya, kali ini kita akan membahas tentang faktor skala. Apasih faktor skala itu?? 

Yuk kita bahas bersama...


Faktor Skala

Faktor Skala digunakan untuk skala bentuk dalam dimensi yang berbeda. Dalam geometri, kita belajar tentang berbagai bentuk geometris baik dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.


Faktor skala adalah ukuran untuk angka yang serupa, yang terlihat sama tetapi memiliki skala atau ukuran yang berbeda. Misalkan, dua lingkaran terlihat serupa tetapi jari-jarinya bisa berbeda. 


Faktor skala menyatakan skala dimana suatu angka lebih besar atau lebih kecil dari angka aslinya. Dimungkinkan untuk menggambar bentuk yang diperbesar atau diperkecil dari bentuk aslinya dengan bantuan faktor skala.


Hemm... Gimana nih semuanya sudah mulai tau gak apa sih Faktor Skala itu, eits masih bingung kan. Nah yuk kita pahami bersama lagi pembahasan mengenai Faktor Skala ini.


Definisi Faktor Skala

Ukuran dimana bentuk diperbesar atau diperkecil disebut sebagai faktor skalanya. Ini digunakan saat kita perlu memperbesar ukuran bentuk 2D, seperti lingkaran, segitiga, persegi, persegi panjang, dll.


Jika y = Kx adalah sebuah persamaan, maka K adalah faktor skala untuk x. Kami dapat mewakili ungkapan ini dalam hal proporsionalitas juga:

y ∝ x

Karenanya, kita dapat menganggap K sebagai konstanta proporsionalitas di sini.


Faktor skala juga dapat lebih dipahami dengan Teorema Proporsionalitas Dasar .


Rumus Faktor Skala

Rumus untuk faktor skala diberikan oleh:


Dimensi Bentuk Asli x Skala Faktor = Dimensi Bentuk Baru


Faktor skala = Dimensi Bentuk Baru/Dimensi Bentuk Asli


Contoh:

Terdapat dua persegi yang masing-masing memiliki panjang sisi 6 satuan dan 3 satuan. Nah sekarang, untuk menemukan faktor skala ikuti langkah-langkah di bawah ini.


Langkah 1: 6 x faktor skala= 3


Langkah 2: Faktor skala= 3/6 (Bagi setiap sisi dengan 6).


Langkah 3: Faktor skala= ½ =1:2(Sederhana).


Jadi, faktor skala dari persegi yang lebih besar ke persegi yang lebih kecil adalah 1:2.


Perlu diketahui bahwasanya Faktor Skala dapat digunakan dengan berbagai bentuk yang berbeda juga.


Cara Mencari Faktor Skala Pembesaran

Soal 1: Tingkatkan faktor skala dari Persegi Panjang yang diberikan sebesar 4.


Petunjuk: Kalikan pengukuran yang diberikan dengan 4.

Solusi: Diketahui Panjang persegi panjang asli = 4cm

Lebar persegi panjang yang diberikan = 2cm


Sekarang sesuai pertanyaan yang diberikan, kita perlu memperbesar ukuran persegi panjang yang diberikan dengan faktor skala 4.


Jadi, kita perlu mengalikan dimensi persegi panjang yang diberikan dengan 4.


Oleh karena itu, dimensi persegi panjang baru atau persegi panjang yang diperbesar diberikan oleh:


Panjang = 4x4 = 16cm

Dan Lebar = 2 x 4 = 8cm.


Faktor Skala 2

Faktor skala 2 berarti bentuk baru yang diperoleh setelah diskalakan bentuk aslinya adalah dua kali lipat dari bentuk aslinya.


Loh kok ada yang namanya faktor skala 2 ya, beda kah dengan faktor skala yang tadi dijelaskan. Yuk kita bahas contoh soal dibawah ini terkait konsep faktor skala 2.


Soal 2: Lihatlah kuadrat Q. Berapa faktor skala yang meningkatkan kuadrat P?

Petunjuk: Kerjakan ke belakang, dan bagilah ukuran segitiga baru dengan yang asli untuk mendapatkan faktor skala.

Solusi : Bagilah panjang salah satu sisi persegi yang lebih besar dengan faktor skala.


Nah dari persoalan tersebut kita akan mendapatkan panjang sisi yang sesuai dari persegi yang lebih kecil.


Jawabannya adalah 2.


Aplikasi Faktor Skala dalam Kehidupan Nyata

Penting untuk mempelajari aplikasi kehidupan nyata untuk memahami konsep dengan lebih jelas:


Karena berbagai angka dikalikan atau dibagi dengan angka tertentu untuk menambah atau mengurangi angka yang diberikan, faktor skala dapat dibandingkan dengan Rasio dan Proporsi.


Misalnya nih, ika ada kelompok orang yang lebih besar dari yang diperkirakan di pesta di rumah teman-teman sekalian. Teman-teman pastinya perlu menambah bahan makanan dengan mengalikan masing-masing dengan angka yang sama untuk memberi makan kepada semuanya. 


Contoh, Jika ada 4 orang lebih dari yang teman-teman harapkan dan satu orang membutuhkan 2 potong pizza, maka Anda perlu membuat 8 potong pizza lagi untuk memberi makan mereka semua.

Demikian pula, faktor Skala digunakan untuk menemukan kenaikan persentase tertentu atau untuk menghitung persentase suatu jumlah.


Ini juga memungkinkan kita untuk menghitung rasio dan proporsi berbagai kelompok, menggunakan pengetahuan tabel perkalian.

Untuk mengubah Ukuran: Dalam hal ini, rasio menyatakan berapa banyak yang akan diperbesar dapat dikerjakan.

Gambar Skala: Ini adalah rasio pengukuran gambar dibandingkan dengan gambar asli yang diberikan.

Untuk membandingkan 2 bentuk geometris yang serupa: Ketika kita membandingkan dua bentuk geometris yang serupa dengan faktor skala, ini memberikan rasio panjang sisi-sisi yang bersesuaian.


Nah, bagaimana teman-teman semuanya sudah faham kan dengan materi terkait Faktor Skala ini. Untuk lebih faham lagi mengenai materi ini teman-teman perlu berlatih dengan soal-soal yang ada sehingga lebih mahir dan dapat menerapkannya di kehidupan teman-teman sehari-hari.


Referensi: BYJU. 2023. "Faktor Skala - Definisi, Rumus, Contoh dan Aplikasi", https://byjus-com.translate.goog/maths/scale-factor/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc, diakses pada 14 Maret 2023 pukul 18.28.

Selasa, 07 Maret 2023

Pemfaktoran Bentuk ax+ay dan ax-ay



Dalam pembahasan kali ini kita akan mencari tau tentang Pemfaktoran Bentuk ax+ay dan ax-ay. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam suatu bentuk aljabar terdiri dari dua suku atau lebih yang dapat difaktorkan apabila suku-suku tersebut memiliki faktor yang sama (faktor persekutuan). 

Untuk dapat memudahkan pemfaktoran sebaiknya kawan-kawan semua mengenal terlebih dahulu beberapa operasi perkalian istimewa dari suatu aljabar. 

Rumus perkalian di bawah ini akan sangat membantu untuk menfaktorkan sebuah aljabar
(a+b) (a-b) = a^2 - b^2
(a+b) (a+b) = a^2 + 2ab + b^2
(a-b) (a-b) = a^2 - 2ab + b^2
(x+a) (x+b) = x^2 + (a+b)x + b^2
(a+b) (c+d) = ac + ad + bc + bd

1. Pemfaktoran Aljabar Bentuk ax+ay

Pemfaktoran bentuk ax+ay dapat dilakukan dengan menggunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan.

Pemfaktoran bentuk ax+ay dapat kawan-kawan tuliskan menjadi perkalian antara a dan (x+y). Jadi a dan (x+y) disebut dengan faktor dari ax+ay.

Misalnya 4x + 16y bisa difaktorkan menjadi 4 (x+4y)

Untuk bisa difkatorkan dengan cara diatas, koefisien x dan koefisien y harus memiliki faktor pembagi yang sama. Berikut contoh lainnya
Yg
Contoh soal 
  1. 30ab + 20ac = 10a (3b+2c)
  2. a^2b^4c + ab^3d = ab^2 (ab^2c + bd)
  3. 12x + 8y = 4 (3x + 2y)


 2. Pemfaktoran Aljabar Bentuk ax-ay

Sama halnya dengan pemfaktoran bentuk ax+ay, untuk pemfaktoran bentuk ax–ay dapat dilakukan dengan menggunakan sifat distributif terhadap pengurangan.


Pemfaktoran bentuk ax-ay dapat kawan-kawan tuliskan menjadi perkalian a(x-y). Jadi, yang membedakan antara keduanya adalah bentuk faktor kali ini di lakukan dalam pengurangan.


Misalnya 3x-9y bisa difaktorkan menjadi 3(x-3y)


Begitu pula dengan pemfaktoran ini juga berlakuk hal yang sama untuk bisa difaktorkan.


Contoh soal

  1. 6x – 2x^2 = x (6-2x)
  2. 100ab – 15 ac = 5a (20b – 3c)
  3. 15ab – 20ab^2 = 5ab (3 – 4b)


Sekian pembahasan kita mengenai Pemfaktoran Bentuk ax+ay dan ax-ay. Semoga artikel ini bermanfaat, sampai jumpa di artikel saya selanjutnya

Perkalian Khusus Bentuk Aljabar

Berdasarkan konsep, perkalian bentuk aljabar dilakukan dengan "perluasan kurung" atau "expansion of brackets" yaitu dengan melakukan perkalian satu-satu tiap suku antar bentuk aljabar di dalam kurung. Berikut kasus-kasus yang lebih mutakhir.


1. Perkalian Bentuk Aljabar dengan Variabel

Cara perhitungan bentuk aljabar dengan variabel yaitu menggunakan sifat distributif.

*Distributif Perkalian Terhadap Penjumlahan

a × (b + c) = (a × b) + (a × c) = d


*Distributif Perkalian Terhadap Pengurangan

a × (b - c) = (a × b) + (a × (-c)) = e ...(i)

yang sama artinya dengan

a × (b - c) = (a × b) - (a × c) = e ...(ii)


Tips: Penggabungan nilai negatif terhadap proses perkalian dapat mempermudah perhitungan yang lebih rumit. Hal ini akan menghasilkan perluasan dengan menggunakan tanda tambah, seperti pada rumus (i).


Untuk dapat memudahkan kita memahami bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan terkait perkalian khusus bentuk aljabar. Berikut beberapa contoh soal nya:


Contoh soal 1



Contoh soal 2








2. Perkalian 2 Bentuk Aljabar Sederhana

Perkalian 2 bentuk aljabar sederhana sering digunakan untuk soal-soal la⇕tihan hingga soal yang lebih kompleks. Secara umum, dengan memperluas bentuk menjadi perhitungan satu-satu tiap suku antar bentuk aljabar.





Mengapa hal ini dapat terjadi?

Sebenarnya perluasan di atas berdasarkan sifat distributif pada operasi perkalian, sebagai berikut.

(a + b)(c + d) = 
# Pertama, definisikan bentuk (c + d) merupakan sebuah variabel, maka diperoleh
= a (c + d) + b (c + d)

# Berlaku sifat distributif pada bentuk a (c + d) dan b (c + d), diperoleh
= ac + ad + bc + bd

Contoh soal 1
(3x + 5y)(4x + 6y)
= 3x.4x + 3x.6y + 5y.4x + 5y.6y
= 12x^2 + 18xy + 20xy + 30y^2
= 12x^2 + (18 + 20)xy + 30y^2
= 12x^2 + 38xy + 30y^2

Contoh soal 2
(3x - 2y)(-2x + 6y)
= 3x.(-2x) + 3x.6y + (-2y).(-2x) + (-2y).6y
= -6x^2 + (18xy + 4xy) + (-12y^2)
= -6x^2 + (18 + 4)xy + (-12y^2)
= -6x^2 + 22xy - 12y^2

3. Perluasan Kurung Perkalian Bentuk Aljabar (Expansion of Brackets)

Memperluas operasi bentuk aljabar dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan distributif setiap kurung, satu-satu dari awal hingga akhir.

a(b + c)(d + e + f)(g + h + i + j) ...
= (ab + ac)(d + e + f)(g + h + i + j)...
= (ab(d+e+f) + ac(d+e+f))(g+h+i+j)...
= (abd + abe + abf + acd + ace + acf)(g + h + i + j) ...

Tips: Garis bawah menunjukkan bentuk yang belum dihitung (hanya untuk memperjelas)

Contoh soal 1
3a × (4b + 5c + 6d + 7e)
= 3a.4b + 3a.5c + 3a.6d + 3a.7e
= 12ab + 15ac + 18ad + 21ae

Contoh soal 2
(3x + 4y + 5z)(7x + 2y + 3z)
= 3x(7x + 2y + 3z) + 4y(7x + 2y + 3z) + 5z(7x + 2y + 3z)

= (21x^2 + 6xy + 9xz) + (28xy + 8y^2 + 12yz) + (35xz + 10yz + 15z^2)

= 21x^2 + 8y^2 + 15z^2 + (6xy + 28xy) + (9xz + 35xz) + (12yz + 10yz)

= 21x^2 + 8y^2 + 15z^2 + 34xy + 44xz + 22yz


Baiklah sekian pembahasan kita mengenai Perkalian Khusus Bentuk Aljabar. Sampai jumpa di postingan saya berikutnya.

Selasa, 28 Februari 2023

Urutan Bilangan Bulat

Dalam urutan bilangan bulat kita perlu ketahui bahwa mengurutkan bilangan bulat dilakukan dengan cara menuliskan bilangan bulat secara urut dari nilai yang terkecil ke nilai terbesar begitupun sebaliknya.


Cara mengurutkan bilangan bulat dilakukan dengan memperhatikan jenis bilangan bulat. 


Berdasarkan jenisnya, bilangan bulat dibedakan menjadi tiga, yaitu bilangan bulat positif, bilangan nol, dan bilangan bulat negatif.


Bilangan bulat positif terletak di sebelah kanan bilangan nol dan bilangan bulat negatif terletak di sebelah kiri bilangan nol. Sedangkan bilangan nol adalah bilangan pembatas yang terletak di antara bilangan positif dan bilangan negatif.


Pada garis bilangan, urutan posisi bilangan bulat dari kiri adalah bilangan negatif, bilangan nol, dan bilangan positif.


Semakin ke kiri posisi bilangan bulat, maka akan semakin kecil nilai bilangan tersebut.


Pada umumnya cara mengurutkan bilangan bulat dimulai dari nilai bilangan yang tekecil ke nilai bilangan terbesar.


Berikut uraian cara dalam mengurutkan bilangan bulat beserta contohnya. Mari, simak bersama!


"Bilangan bulat ada tiga macam, yaitu bilangan bulat positif, nol, dan negatif."


Cara Mengurutkan Bilangan Bulat

1. Mengurutkan Bilangan Bulat Positif

Bilangan bulat positif dimulai dari angka 1, 2, 3, dan seterusnya. Bilangan bulat positif diurutkan mulai dari angka kecil ke angka besar.


Contoh : 7, 6, 3, 4, 2, 9, 1, 8, 5.


Cara mengurutkan contoh bilangan bulat tersebut dimulai dari angka terkecil. Sehingga urutan bilangan bulat dari contoh tersebut adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.


"Bilangan bulat positif dapat diurutkan baik dari angka terkecil maupun terbesar, sesuai dengan kebutuhan."


2. Mengurutkan Bilangan Bulat Negatif

Bilangan bulat negatif dimulai dari angka -1, -2, -3, dan seterusnya.Semakin kecil angka pada bilangan bulat negatif, maka semakin besar nilai bilangan bulat negatif tersebut.

 

Semakin ke kiri bilangan bulat maka akan semakin kecil, sedangkan semakin ke kanan bilangan bulat maka akan semakin besar.


Misalkan bilangan bulat -1 memiliki nilainya lebih besar dibandingkan bilangan bulat -2 dan begitupun seterusnya.


Contoh : -1, -4, -6, -8, -3, -6, -9, -2, -7, -5.


Jika diurutkan bilangan bulat negatif dari yang tekecil ke terbesar adalah -9, -8, -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1.


Maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil angka bilangan bulat negatif, maka semakin besar nilai bilangan bulat negatif tersebut.


Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasanya cara mengurutkan bilangan bulat positif berbeda dengan cara mengurutkan bilangan bulat negatif. Maka dari itu kita perlu memperhatikan tanda pada bilangan bulat yang akan diurutkan.


Nah, begitulah cara dalam mengurutkan bilangan bulat.